Friday, January 18, 2008

REUNI KAKANG KARO MBEKAYU GEMIEN

Reuni SMAK Purwokerto

Sulit Dihubungi, Undangan Gethok Tular

KEMBALI bertemu setelah berpisah selama tiga puluh tahun tentunya memunculkan berbagai rasa dalam hati. Kangen, haru dan geli terlepaskan saat itu. Belum lagi pangling dengan tampilan fisik akibat bertambahnya umur yang tidak bisa dihindari.

Hal itulah yang terjadi dalam temu kangen alumni SMA Kristen Purwokerto tahun angkatan 1977 di RM Cipta Rasa Purwokerto, Minggu (30/12). Masa indah di sekolah dan ketawa-ketiwi ala bocah jaman dahulu diulang kembali oleh 80 orang dari 102 lulusan yang hadir saat itu. 25 orang tidak bisa datang sementara 7 lainnya telah meninggal.

''Karena lama tidak ketemu, pihak panitia sempat merasa kesulitan untuk menghubungi teman-teman. Kebanyakan sudah pindah dari alamat yang tertera dalam data sekolah. Maklum saja ini reuni yang pertama,'' ungkap Agus Widoyo (49) ketua panitia. Untuk itu, menurutnya, sebagian undangan disampaikan dengan cara gethok tular karena terasa lebih efektif.

Napak Tilas

Acara reuni sebelumnya juga diawali napak tilas dari tempat berlangsungnya acara menuju ke sekolah. Konvoi ini bertujuan untuk membuka kenangan lama akan jalan dan kota yang telah ''mencetak'' mereka sehingga banyak yang kini menjadi orang.

Salah seorang pencetak yang paling diingat adalah Sutadi (70) mantan guru mata pelajaran civic atau yang kini dikenal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN). Ia diingat sebagai sosok yang disiplin. ''Untuk siswa yang terlambat masuk kelas jangan harap bisa mengikuti pelajaran. Meski begitu, beliau jarang marah kalau memang muridnya tidak keterlaluan. Bagusnya lagi, kalau persoalan selesai ya sudah,'' kata Sebastianus Heriyono, mantan murid yang pernah mendapat hukuman itu.

Sementara Sutadi yang pernah menjabat menjadi kepala sekolah pada tahun 1983-1997 hanya tersenyum. Ia malah mengatakan murid-murid jaman dahulu lebih tekun dan patuh dibandingkan yang sekarang. ''Mungkin karena kelulusan jaman dulu lebih sulit dibandingkan sekarang,'' jelasnya seraya tersenyum.

Tak hanya guru sebagai kaum sepuh yang diundang, tidak ketinggalan Bera, mantan penjual lontong di kantin sekolah ikut hadir dalam acara itu. Berdiri bersama para mantan guru di panggung, seorang murid sempat mengungkapkan kenakalannya belum membayar makanan dari warung.

''Maaf ya, pak. Dulu waktu makan, saya ngaku ambil satu padahal makannya dua,'' ujar Hirawan Susanto yang kini bermukim di Banjarnegara. (Aniek Hadi Puspitosari-55)


dikutip dari:

http://www.suaramerdeka.com/harian/0712/31/ban05.htm

No comments:

Post a Comment

Please fill free your comment